Jumat, 20 Mei 2016

Radioisotop 32P

Radioisotop 32P
A.   Radioisotop 32P
Fosfor-32 adalah radionuklida dari fosfor. Nukleon fosfor-32 terdiri atas 15 proton dan 17 neutron, satu neutron lebih banyak dibandingkan isotop umum dari fosfor yaitu fosfor-31. Fosfor-32 hanya terdapat dalam jumlah sedikit di bumi, karena mempunyai waktu paruh singkat yaitu 14,29 hari sehingga meluruh dengan cepat.
Fosfor banyak ditemukan dalam molekul organik dan begitu juga fosfor-32 yang mempunyai banyak aplikasi di bidang kedokteran, biokimia dan biologi molekuler yang dapat digunakan sebagai pelacak molekul terfosforilasi, misalnya dalam elusidasi jalur metabolisme dan label DNA radioaktif.
Fosfor mempunyai waktu paruh yang singkat yaitu 14,29 hari dan meluruh menjadi sulfur-32 dengan peluruhan beta, 1,709 MeV energi dilepaskan selama peluruhan. Energi kinetik elektron bervariasi dengan rata-rata 0,5 MeV dan sisa energinya dibawa oleh elektron anti-neutrino yang hampir tidak terdeteksi. Nukleus sulfur-32 dihasilkan dalam keadaan dasar sehingga tidak perlu ada penambahan emisi sinar gamma.
Radioisotop 32P mempunyai waktu paruh menurut Akhid Darwin, Lulus S., dan Ali Rahayu (2010: 519) adalah 14,26 hari.
Menurut Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Abidin, Triyanto, dan Hambali (2012 : 113) Radioisotop 32P mempunyai waktu paruh adalah 14,3 hari ,
 Radioisotop 32P mempunyai waktu paruh merupakan pemancar β- dengan energi 1,71 MeV (Emax) dan 0,6949 MeV (Eav) yang dihasilkan dari reaksi nuklir 32S(n,p) 32P, dari bahan sasaran sulfur alam.
Radioisotop 32P memiliki banyak manfaat pada bidang pertanian, kesehatan dan industry yaitu:
·         Bidang pertanian radioisotop 32P dapat digunakan untuk perunut gerakan pupuk di sekitar tanaman setelah ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam tumbuhan dapat ditelusuri dengan mencampurkan radioisotop 32P ke dalam senyawa fosfat dalam pupuk. Dengan cara ini dapat diketahui pola penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan.
·         Bidang kesehatan 32P dalam bentuk Na2H32PO4 digunakan dalam terapi polisitemia vera dan leukimia juga digunakan untuk pereda nyeri tulang pada metastasis.
Bidang Industri kosmetika radioisotop 32P digunakan untuk pengobatan keloid. Keloid pada dasarnya adalah jaringan parut yang tumbuh tanpa dapat dikontrol setelah kulit sembuh dari luka. Teknik yang digunakan dengan menempelkan plester kebagian kulit yang terdapat keloid yang sudah mengandung radioisotop 32P, dosis dan lama waktu penempelan tergantung dari ketebalan keloid yang akan dihilangkan. Sebagai pelacak penyakit akibat infeksi atau ketidaknormalan genetik didiagnosa dengan mendeteksi deret asam nukleatnya yang spesifik untuk setiap penyakit, meliputi PCR (polimerase chain reaction) dan hibridisasi dot blot menggunakan nukleotida rantai pendek ATP bertanda radioaktif 32P yaitu [γ-32P]ATP.
Penjelasan diberikan dari metode laboratorium sederhana mempersiapkan 32P-berlabel adenosine triphosphate [(b:γ-32 P2)]. Percobaan bersandar pada pertukaran cepat antara fosfat anorganik dan, B dan y fosfat dari adenosin oleh respiring persiapan hati-otot. Nonisotopic adenosin trifosfat dan KH232PO4 diinkubasi dengan suspensi hati-otot. adenosine triphosphate berlabel adalah berturut-turut diendapkan sebagai barium dan merkuri garam dan akhirnya dimurnikan dengan kromatografi kertas. Produk (adenosine triphosphate 3 -5 mg.) Yang terkandung antara 0- 1 dan 0-2 mc radioaktivitas. Dari total aktivitas 77% berada di adenosin trifosfat, 11% di adenosin difosfat dan 12% di ortofosfat; dari total fosfor 80% berada di adenosin trifosfat, 13% di adenosin difosfat dan 7% di ortofosfat. (Preparation of 32P-labelled Adenosine Triphosphate- R. Hems and W. Bartley)
B.   Pembuatan Radioisotop 32P
Radioisotop 32P dapat dibuat dengan 2 metoda, yaitu
1.       Destilasi kering . Metoda destilasi kering dilakukan dengan pemanasan langsung dari target yang terdapat dalam ampul kuarsa pada temperatur 130°C
2.       Destilasi basah., Metoda destilasi basah target yang sudah diiradiasi dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dipanaskan sampai timbul uap putih dan dibiarkan selama ± 12 jam sebelum dilakukan pemisahan.
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dan campurannya berdasarkan perbedaan titik didih dan berdasarkan kemampuan zat untuk menguap. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat.
Alat-alat yang digunakan adalah
·         Ampul kuarsa
·         Rangkaian alat destilasi fosfor
·         Kolom bercorong yang berisi resin penukar kation Dowex AG 50 (1x8) dari BioRad yang telah dikondisikan dengan HCl 1N,
·         Plat TLC PEI Cellulose dari E.Merck,
·         Gas nitrogen, chamber untuk elusi plat TLC,
·         Sulfur dari E.Merck, larutan HCl 1 N,
·         Larutan KH2PO4 1 M, dengan ph 3,5,
·         Aquabidest steril,
·         Radiochromatography scanner AR-2000,
·         Dose calibrator Atom Lab 100TM dan spektrometri gamma Ortex.
Proses pemisahan dan pemurnian radioisotop 32P
·         Sulfur yang telah diiradiasi dimasukkan ke dalam glove box khusus proses 32P.
·         Ampul dipotong menggunakan pemotong kuarsa
·         Ampul dipanaskan pada temperatur 120-130°C sampai semua sulfur meleleh dan mencair.
·         Ampul kuarsa yang berisi lelehan sulfur ini dipasangkan ke dalam rangkaian alat destilasi.
·         Dialirkan gas nitrogen ke dalam sistem destilasi dan pemanas dihidupkan pada temperatur antara 210-220°C. Proses destilasi dilakukan sampai semua sulfur habis terdestilasi.
·         waktu yang diperlukan sekitar 2 - 3 jam.
Dalam pembuatan radioisotop 32P ini dilakukan metoda destilasi kering, dengan cara
·                Sulfur yang sudah diiradiasi dilelehkan dalam ampul kuarsa pada temperatur 130°C sehingga sulfur mencair.

·                Ampul kuarsa yang berisi cairan sulfur ini dimasukkan ke dalam rangkaian alat destilasi.

·                Rangkaian alat destilasi ini dihubungkan dengan gas nitrogen, dan gas nitrogen dialirkan ke dalam sistem destilasi pada tekanan 1 –5 mmHg. Gas nitrogen akan mendorong uap sulfur ke sistem penampung destilat sehingga sulfur tersublimasi. Dstilasi sulfur dilakukan pada temperatur antara 180 - 200°C, membutuhkan waktu antara 2-3 jam sampai semua sulfur habis terdestilasi.

·           Kemudian aliran gas nitrogen dimatikan dan labu destilasi dibiarkan dingin. dilakukan pemisahan antara Sulfur yang tersisa dari proses destilasi dengan radioisotop 32P yang terbentuk. Endapan dilarutkan dengan 4 ml HCl 1N dan dipanaskan pada temperatur 60 - 70°C. Sisa destilasi yang terdapat pada ampul kuarsa dilarutkan dalam HCl 0,1 N dan dipanaskan pada temperatur 60 - 70°C, didapatkan H332P O4.
·                Hasil pelarutan dimurnikan dari pengotornya dengan melewatkan ke dalam kolom penukar kation Dowex AG 50 (1x8).


Kemurnian radiokimia radioisotop 32P ditentukan dengan metoda kromatografi lapis tipis (TLC) menggunakan PEI (Polyethylenimine) Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4 sebagai fasa gerak.
Sementara kemurnian radionuklida ditentukan dengan menggunakan spektrometri gamma. Diharapkan dari proses metoda destilasi kering ini dapat diperoleh larutan 32P dengan kemurnian radiokimia yang tinggi (> 97,00%) tanpa pengotor radionuklida sehingga bisa diaplikasikan untuk sintesa nukleotida bertanda 32P [(γ-32P)ATP].
Radioisotop 32P yang diperoleh dari hasil pemisahan tersebut ditentukam kemurnian radiokimianya menggunakan kromatografi lapis tipis (TLC) PEI Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4 1 M ph 3,5 sebagai fasa gerak. Kemurnian radiokimianya dihitung dengan menggunakan radiochromatography scanner;
·                Hasil analisa radiochromatography scanner radioisotop 32P hasil destilasi ditampilkan pada Gambar 6.

·      Hal ini menunjukkan bahwa radioisotop 32P yang dihasilkan dari proses destilasi dan pemisahan dalam bentuk senyawaan kimia H332PO4 dengan kemurnian 99,90 %.
Gambar 7. Alat spektrometri gamma yang digunakan untuk analisa kemurnian radioisotop 32P .
·         Sedangkan untuk analisa kemurnian radionuklida menggunakan alat spektrometri gamma seperti pada Gambar 8.
Dari gambar tersebut radionuklida pengotor 33P dan 35S tidak terdeteksi. Hal ini ditampilkan dari analisa spektrometri gamma tidak ditemukan energi 33P (250 keV) dan 35S (167 keV). Dengan demikian radioisotop 32P yang dihasilkan tidak mengandung radionuklida pengotor.
Hasil pembuatan radioisotop 32P dengan metoda destilasi kering dan proses pemisahan menggunakan kolom penukar kation Dowex AG 50 X-8.
Intinya Pembuatan radioisotop 32P dengan metoda destilasi kering memberrikan hasil dimana aktivitas yang diperoleh 573 mCi, kemurnian radiokimia 99,90 %, sementara pengotor radionukliada tidak terdeteksi. Radioisotop 32P yang dihasilkan tersebut sudah memenuhi syarat untuk digunakan dalam sintesa nukleotida bertanda 32P [(Y-32P)ATP].
Metoda destilasi basah, sulfur yang sudah diiradiasi dilarutkan dengan HCl panas dan dipanaskan sampai timbul uap putih, dibiarkan semalam kemudian hasilnya dipisahkan menggunakan kolom Dowex AG 50W-X8 yang akan memisahkan pengotornya, dari hasil uji kemurnian dengan metoda ini berada di bawah 90%. Sedangkan dengan metoda destilasi kering, sulfur dilelehkan dan diuapkan sampai habis sehingga benar-benar terpisah dan fosfor-32 terbentuk sebagai destilat. Dari uji analisis diperoleh kemurnian > 95% dan tidak mengandung radionuklida lain sebagai pengotor.
 kelebihan destilasi kering dibandingkan dengan destilasi basah.
 Destilasi kering lebih mudah dan aman karena terkungkung dalam rangkaian alat destilasi dan sulfur yang telah tersublimasi dapat digunakan lagi sebagai bahan sasaran setelah didiamkan selama beberapa waktu.
C.   Pemurnian Radioisotop 32P
 Telah kita tahu bahwa radioisotop P-32 mempunyai waktu paruh 14,26 hari dihasilkan dihasilkan dari reaksi nuklir 32S(n,p)32P dengan menggunakan reaktor. Radioisotop P-32 merupakan radioisotope pemancar β- dengan energi 1,71 MeV (Emax) dan 0,6949 MeV (Eav). Penggunaan P-32 cukup luas tidak hanya untuk pengobatan tetapi juga sebagai pelacak yang digunakan baik bidang kesehatan maupun pertanian. Sebagai pelacak genetik dalam bidang kesehatan menggunakan nukleotida rantai pendek bertanda P-32 yaitu [γ-32 P]ATP, yang dalam proses sintesanya memerlukan radiosiotop kemurnian tinggi di atas 97%. Untuk itu perlu dilakukan proses pemurnian radioisotop P-32 sehingga memenuhi syarat untuk digunakan pada proses sintesa dengan menambahkan larutan H2O2 dan dikisatkan. Hasil pengkisatan dilarutkan dengan HCl 1 M, kemudian dilewatkan ke dalam kolom penukar kation Dowex 50 (1x8) yang telah dikondisikan dengan HCl 1 M. Hasil pemurnian dianalisa dengan menggunakan TLC (Thin Layer Chromatography) PEI (Polyethylenimine) Cellulose sebagai fasa diam dan larutan KH2PO4 sebagai fasa gerak. Diperoleh kemurnian radiokimianya > 95 % sebagai ortofosfat.
1.       Tatakerja (bahan dan metode)
a.       Alat dan Bahan kimia
Alat-alat yang digunakan adalah larutan H332PO4, kolom penukar kation Dowex 50 (1x8) yang telah dikondisikan dengan HCl 1M, larutan H2O2 30%, plat TLC PEI Cellulose, larutan KH2PO4 1 M dengan ph 3,5, chamber untuk elusi, radiochromatography scanner, lampu infra red, dose calibrator dan spektrometri gamma.
b.       Cara kerja
1)       Preparasi kolom penukar kation Dowex 50 (1x8)
Ditimbang 10 gr resin kation Dowex 50 (1x8) di dalam beaker gelas 100 ml. Kemudian dicuci dengan aquabides 20 ml sambil diaduk dengan stirer, resin diendapkan dan dibuang airnya dengan cara dekantasi. Dilakukan dekantasi berulang sampai dianggap resin sudah bersih. Resin direndam dalam HCl 1M dan siap untuk digunakan. Disiapkan kolom dengan ukuran 0,7 x 10 cm, kolom diisi dengan resin penukar kation Dowex 50 (1x8) setinggi 2 cm. Kemudian kolom dikondisikan dengan 5 ml HCl 1M, sampai pH cairan sama dengan pH larutan HCl 1M.
2)       Proses pemurnian radioisotop P-32
Disiapkan beaker gelas 50 ml, dimasukkan larutan H332PO4 yang akan dimurnikan, ditambahkan larutan H2O2 30% sebanyak 1 ml. Kemudian campuran dikisatkan dengan menggunakan lampu infra red. Setelah kisat dilarutkan kembali dengan 2 ml HCl 1 M. Hasil pelarutan dilewatkan ke dalam kolom penukar kation Dowex 50 (1x8) yang telah dikondisikan dengan HCl 1M. Kolom kemudian dibilas dengan HCl 1 M 1 ml, hasil bilasan dilewatkan ke dalam kolom. Filtrat ditampung dalam botol vial 5 ml dan diukur aktivitasnya dengan dose calibrator.
3)       Analisa dengan radiochromatography scanner
Dicuplik 1µl larutan P-32 yang sudah dimurnikan ditotolkan ke atas plat TLC PEI Cellulose, ditunggu sampai kering. Kemudian diisi chamber dengan larutan KH2PO4 1 M ph 3,5, dimasukkan plat TLC, dan dielusi dengan larutan KH2PO4 1 M sampai tanda yang telah ditetapkan. Dan ditentukan kemurnian radiokimianya dengan menggunakan radiochromatography scanner.
4)       Analisa dengan spektrometri gamma
Hasil pemurnian radioisotop P-32 tersebut dicuplik 5 µl ditotolkan ke atas kertas whatman, ditunggu sampai kering, kemudian dianalisa kemurnian radionuklidanya dengan spektrometri gamma.
D.       Pemanfaatan Radioaktivitas 32p
1.       Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di kotakota besar. Kegiatan survei entomologi sudah diorientasikan pada identifikasi TPA dan surveilans kepadatan nyamuk dewasanya.
Penanggulangan dan pencegahan kedua penyakit tersebut mengandalkan pada pemutusan rantai penularan melalui pengendalian Ae. aegypti. Selain Ae. aegypti, Ae. albopictus juga telah diketahui dapat menularkan penyakit DBD. Kedua spesies Aedes tersebut mempunyai habitat pada tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air, tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, botol bekas, potongan bambu, pangkal daun dan lubang-lubang batu yang berisi air jernih.
a.       Kebiasaan hidup stadium pradewasa Ae. aegypti yaitu pada bejana buatan manusia yang berada di dalam maupun di luar rumah. Sementara itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap perletakan telur nyamuk Aedes antara lain jenis wadah, warna wadah, air, suhu, kelembaban dan kondisi lingkungan setempat.
b.      Hasil penelitian di Singapura pada tahun 1996 telah diketahui bahwa habitat perindukan Aedes di rumah tangga (domestik) antara lain ember, drum, tempayan, baskom (21,9%), diikuti tempat air bekas (18,7%), tempat air hiasan, seperti vas bunga, pot tanaman (17,0%), lekukan pada lantai (8,7%) dan terpal plastik (8,3%).3
Teknik radioisotop merupakan salah satu teknologi yang mengalami kemajuan pesat sejak 49 tahun lalu khususnya di bidang kedokteran, biologi dan pertanian. Salah satu pemanfaatan radioisotop di bidang entomologi adalah teknik disinfektasi radiasi (indirect killing) yang lebih dikenal dengan teknik serangga mandul (TSM) dan penanda atau labeling.4' Hal ini mengingat salah satu sifat radioisotop yaitu dapat memancarkan sinar radioaktif sehingga dapat dipakai sebagai penanda atau label. Pelabelan ini merupakan cara yang lebih aman bagi sasaran karena isotop tidak meradiasi langsung ke sasaran, akan tetapi melalui media pakan larva.
Radioisotop yang sering digunakan untuk penandaan pada serangga antara lain 3H, 32P dan l4C. Penandaan serangga dengan radioisotop lebih menguntungkan dibandingkan dengan zat warna karena radioisotop yang digunakan dapat inkorporasi atau terikat pada jaringan.
Pemakaian Radioisotop 32P dalam bentuk KH2PO4 tidak menimbulkan pengaruh yang berarti bagi serangga terutama kepada manusia. Radioisotop tersebut memiliki waktu paro selama 14,3 hari di alam, yang berarti dalam waktu tersebut kandungan radioaktivitasnya akan menurun separuhnya. Berdasarkan percobaan pelabelan/penandaan dengan Radioisotop 32P terhadap Lalat kedelai (Ophiomyia phaseoli Tryon) yang memiliki morfologi lebih kecil dibandingkan nyamuk pada kandungan radioaktivitas mencapai 8.800 cpm tidak mempengaruhi aspek biologi lalat tersebut dan radioaktivitas bertahan kurang lebih tiga bulan.6 Pancaran radioaktivitas dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pemantauan pola hidup lalat tersebut.
1)       Bahan dan Cara Kerja
Ø  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Nopember 2006 di Laboratorium B2P2VRP. Pemberian radiasi Radioisotop 32P pada pakan larva (dogfood) dilakukan di BAT AN Jakarta, sedangkan pengamatan setelah aplikasi terhadap larva hingga dewasa untuk menghasikan dosis tepat, aman dan radioaktivitas serta efek terhadap keturunannya dilakukan di B2P2VRP Salatiga.
Ø  Bahan Penelitian
1)       Pakan larva Ae. aegypty yaitu dogfood yang mengandung Radioisotop32p
2)       Bahan dan alat penangkapan larva dan alat untuk pemeliharaan larva nyamuk sampai menjadi dewasa.
3)       Peralatan pengukuran lingkungan fisik : termometer, sling hygrometer, alat ukur jarak (survey meter) dan anemometer
4)       Radioisotop 32p dalam bentuk KH2PO4, Detector kontaminan dan Film Bagde
Ø  Cara Kerja
1)       Pengumpulan larva nyamuk Larva Ae. aegypti yang digunakan berumur relatif sama yaitu stadium III awal berasal dari hasil koloni labolatorium B2P2VRP Salatiga.
2)       Penentuan dosis aplikasi Radioisotop 32P skala laboratorium Dosis aplikasi 0,30 μCi ; 0,5 μCi dan 0,70 μCi baik radioisotop kering maupun berwujud cair untuk 0,25 gr pakan larva setiap 50 ekor larva kemudian dilihat perkembangannya setelah aplikasi. Masing-masing dosis pengulangan sebanyak tiga kali.
3)       Aplikasi Radioisotop 32P Radioisotop 32P pada pakan larva (dogfood} dilakukan di BATAN Jakarta, kemudian diberikan ke larva Ae. aegypti stadium III awal di B2P2VRP Salatiga untuk diamati perkembangan, kematian serta efeknya terhadap keturunan. Aplikasi Radioisotop dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
4)       Pengukuran Radioaktivitas Isotop 32P Tingkat radioaktivitas ditentukan oleh banyak sedikitnya kadar radioaktif yang masuk kedalam tubuh larva hingga stadium dewasa. Pengukuran radioaktivitas dilakukan dengan cara mendeteksi secara kuantitatif berdasarkan durasi waktu/hari menggunakan alat detector kontaminan.
5)       Pengamatan efek radioisotop pada larva, nyamuk serta keturunannya Efek Radioisotop pada larva dapat berupa kematian ataupun terhambatnya pertumbuhan menjadi pupa, sedangkan pada nyamuk dapat berupa kecacatan dan umur nyamuk menjadi pendek. Pada keturunannya, diamati secara kuantatif kandungan radioaktivitas isotop menggunakan detector contaminant.
2)       Hasil Penelitian
Pengaruh pemberian makanan yang telah diradiasi 32P menghasilkan variasi intake pakan dan tingkat ketahanan larva terhadap radioisotop. Sebagaimana disajikan padatabell. Aktivitas memakan yang digambarkan perbedaan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh larva terlihat pada kandungan atau kadar radioaktivitas isotop 32P yang terdeteksi di dalamnya. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 3 minggu sesuai dengan rata-rata kehidupan nyamuk Ae. aegypti di laboratorium.
Dalam penelitian dilakukan juga pengukuran jarak dan kadar radioaktivitas di luar gedung (semi lapangan). Kegiatan ini dilakukan pada minggu ke-3 bertujuan untuk mengetahui sensitivitas alat detektor kontaminan di lapangan.
Adanya perbedaan jumlah kematian antara kelompok perlakuan pada berbagai dosis aplikasi dikarenakan frekwensi memakan (kuantitatif) dan kemampuan atau ketahanan larva terhadap senyawa asing/racun. Kemampuan mengubah senyawa beracun menjadi tidak berbahaya bagi tubuh disebut detoksifikasi dan ini berlaku juga pada larva.
Enzim utama pada seranga yang berperan dalam mendetoksifikasi insektisida yaitu enzim esterase. Proses detoksifikasi ini merupakan awal terjadinya resistensi.
Ada tiga enzim yang berperan dalam resistensi metabolik yaitu
Ø  Glutathione S-tranferase,
Ø  Mixed Fungtion Oxidase (MFO)
Ø  Enzim esterase.
Sepanjang alat percernaan, pakan larva yang mengandung radioaktif 32P akan terdeteksi dengan detektor kontaminan. Selama stadium larva terjadi empat kali molting atau pergantian kulit dan berubah ke stadium pupa. Proses fisiologis, pergantian eksokutikula lama dengan yang baru disertai perubahan bentuk dipacu oleh kerja hormone ekdison yang dihasilkan kelenjar torasis sehingga proses ekdisis berjalan sesuai umurnya.
Pengukuran radioaktivitas 32P juga dilakukan pada selubung/ kulit bekas pupa dengan hasil tidak ada beda secara bermakna antara selubung pupa pada dosis aplikasi 0,3 μCi; 0,5 [id dan 0,7 μCi, yang berarti kadar radioaktif dalam selubung pupa jumlahnya relatif sama. Radioaktivitas 32P pada Nyamuk Ae. Aegypti.
Pada stadium dewasa menunjukkan perbedaan yang berarti (p < 0,05) antara dosis aplikasi 32P 0,3 μCi; 0,5 μCi dan 0,7 μCi. Aktivitas memakan pada stadium larva dan kadar isotop digambarkan dengan adanya perbedaan radioaktivitas yang terdeteksi oleh alat radiodetektor kontaminan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh aktivitas memakan pada stadium larva baik kualitas dan kuantitas makanan.
Pengukuran terhadap nyamuk dewasa pada minggu III rata-rata sebesar 333,3 cps dan minggu I sebesar 656,6 cps yang berarti terdapat penyusutan radioaktivitas. Berdasarkan waktu paro, 32Phosphor memiliki waktu 14,3 hari kadar radioaktivitas akan berkurang setengahnya, maka dengan demikian terdapat suatu pelepasan radioaktivitas di luar alamiah
Penyusutan radioaktivitas dapat terjadi dalam dua jalan yaitu
Ø  penyusutan alamiah mengikuti waktu paro.
Ø  penyusutan karena aktivitas pelepasan pada obyek.
Selama siklus hidupnya larva nyamuk mengalami 4 kali pergantian kulit (molting) yang berdampak pada pengurangan radioaktivitas melalui kupasan kulit tersebut. Selain itu pada stadium larva dan nyamuk dewasa, secara fisiologis dalam metabolisme sel akan mengeluarkan produk yang tidak berguna melalui sekresi dan pori-pori. Bersamaan dengan itu akan keluar pula radioisotop. Pada stadium dewasa ini sangat penting dalam mendeteksi penyebaran (flight range) nyamuk dari tempat perindukanya, oleh sebab itu dilakukan pengukuran radioaktivitas dan jarak pengukuran.
 Nyamuk Ae. Aegypti, keturunan pertama (Fl) pada nyamuk Ae. aegypti berumur 3 minggu mengandung radioaktivitas 32P sebesar 333,3 μCi dan terdeteksi pada jarak 75 cm dengan 40 μCi. Kandungan radioaktivitas tersebut relatif kecil hampir sama dengan kontaminan lingkungan dan tidak mempengaruhi fisiologis nyamuk. Secara alamiah lingkungan (lantai atau tembok rumah) akan memancarkan radioaktivitas walaupun jumlahnya relatif kecil, berkisar antara 15-20 μCi.
 Dari hasil penelitian:
Ø  Dosis Radioisotop 32P yang tepat dan aman untuk penandaan/pelabelan nyamuk Ae. Aegypti adalah 0,5 μCi
Ø  Dosis Radioisotop 32P 0,5 μCi tidak berpengaruh secara berarti terhadap pertumbuhan larva dan nyamuk Ae. Aegypti
Ø  Efektivitas Radioisotop 32P 0,5 μCi terdeteksi dalam nyamuk Ae. aegypti pada jarak 75 cm dengan kandungan radioaktivitas sebesar 333,3 μCi pada minggu ke-3
2.       Mempelajari pola pemancaran lalat bibit Ophiomnya Phaseoli Tryon
Pola pemencaran lalat bibit o. phaseoli dirpelajari di lapang dengan cara menanam 5.000 butir benih kedeilai Murin bertanda 32P pada titik pusat daerah pelepasan di lapang. Lalat bibit akan muncul dari tanaman bertanda tersebut. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengevalliasi pemencaran lalat bibit antara lain heterogenitas pemencaran, kecepatan pemencaran, dan pemencaran individu. Hasi1 penelitian menunjukkan bahwa heterogenitas pemencaran mempunyai nilai lebih kecil dari 3, hal ini merupakan nilai normal (kurva normal). Kecepatan pemencaran yang dihitung menurut CLARK adalah relatif mendatar pada hari ketiga sampai dengan hari kelima. Sedangkan pemencaran individu yang dihitung atas dasar indeks dari Morisita mempunyai nilai 19,5917 untuk musim kemarau dan 16,0682 untuk musim penghujan. Nilai ini menunjukkan pola pemencaran individu lalat bibit beragregasi (Is > I, P= 0,05).






Daftar Pustaka
1)       Mempelajari Pola Pemencaran Lalat Bibit Ophiomya Phasioli TRYON, Dengan Menggunakan Serangga Bertanda 32P- Ali Rahayu
2)       PEMANFAATAN RADIOISOTOP 32P UNTUK PENANDAAN(LABELLED COMPOUND) PADA NYAMUK Aedes Aegypti-Akhid Darwin, Lulus S, Dan Ali Rahayu
3)       Preparation Of 32P-Labelled Adenosine Triphosphate- BY R. HEMS AND W. BARTLEY
4)       PEMURNIAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK PROSES NUKLEOTIDA BERTANDA- Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Abidin, Triyanto, Dan Hambali
5)       Internal 32P-Labeling Ofl-Deoxyoligonucleotides- Christian Frauendorf, Felix Hausch, Ingo Roèhl, Andrea Lichte, Stefan Vonhoff And Sven Klussmann
PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 UNTUK SINTESA ATP BERTANDA 32P [(Y32P)ATP]- Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Abidin, Triyanto, Dan Hambali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar